get app
inews
Aa Read Next : Kenalkan Produk, PT SIL Ajak Media di Subang untuk Berkolaborasi

Mitos dan Sejarah Papais Cisaat, Dulu Dilarang Dijual Kini Jadi Oleh-Oleh Khas Subang

Senin, 27 Februari 2023 | 11:09 WIB
header img
Papais Cisaat oleh-oleh khas Kabupaten Subang. (Foto: Yudy H Juanda)

SUBANG, iNewsSubang.id - Kabupaten Subang memiliki berbagai aneka ragam makanan khas yang dapat dijadikan oleh-oleh. Mulai dari olahan buah nanas hingga Papais Cisaat. Papais Cisaat merupakan oleh-oleh dari Desa Cisaat, Kecamatan Ciater, Subang yang memiliki mitos dan sejarah panjang.

Papais Cisaat merupakan cemilan dengan rasa manis yang dibungkus oleh daun bemban. Cemilan ini tercipta ketika masyarakat saat itu kekurangan bahan untuk membuat dodol.

BACA JUGA: Suguhkan Pemandangan Pedesaan, Berikut Harga Camping Ground di Wisata Mata Air Cimincul Subang

Menurut tokoh masyarakat Desa Cisaat Aep Sutarya, jaman dulu di desanya seringkali digelar acara ruwat bumi. Bahkan kegiatannya digelar setiap tiga bulan sekali.

"Jadi setiap ada acara tersebut warga iuran tapi bukan uang melainkan makanan seperti padi atau buah-buahan buat acara syukuran itu," ujarnya.

BACA JUGA : Murah dan Enak, Aneka Ikan Laut Bakar di Laut Utara Subang Serba Rp35.000, Berikut Lokasinya

Aep menjelaskan, dalam ruwat bumi itu masyarakat menyumbangkan berbagai makanan. Sementara untuk kalangan bangsawan, masyarakat khusus menyediakan dodol sebagai jamuannya.

"Nah ketika mau buat dodol itu karena memang hasil dari iuran masyarakat ternyata bukan dari bahan beras ketan tapi beras biasa. Dan hasilnya semuanya nggak jadi dodol tapi tidak lengket juga. Terus biar nggak mubazir diapakan gitu ya sudah dibungkus pakai daun bemban yang biasanya itu ada dipagar-pagar setelah dicoba itu hasilnya ternyata bagus nggak lengket," katanya.

Aep menambahkan, saat disuguhkan ternyata makanan yang terbuat dari beras yang dicampur dengan gula aren tersebut disukai para bangsawan. Raden Wangsa Sanjaya yang berasal dari Sagalaherang menanyakan makanan tersebut. Warga pun spontan menjawab mapaes yang artinya menghias.

BACA JUGA : Lokasi dan Harga Wisata Petik Melon di Grand Sakina Farm Subang

"Karena dodolnya nggak ada jadi ya itu papaes aja papaes namanya. Ternyata setelah dimakan itu tamu-tamu pada suka. Nah karena kuenya itu baru dilihat ketika tamu kehormatan mau pulang baru dibuatlah oleh-oleh lah. Kejadian itu terjadi sekitar abad 19 tepatnya tahun 1829," imbuhnya.

Singkat cerita, Aep mengatakan mapaes atau papaes tersebut menjadi makanan khas di Desa Cisaat. Bahkan menjadi makanan kegemaran orang Belanda setiap berkunjung ke Desa Cisaat saat itu. Papaes pun akhirnya menjadi papais karena mengikuti ejaan orang Belanda yang tidak bisa menyebut e.

BACA JUGA : Unik dan Nikmat, Pecinta Bakso Wajib Cicipi Bakso Lava Tumpeng di Jalancagak Subang

"Penguasa perkebunan teh yang berdomisili di Kota Bandung orang Belanda namanya Park Lodhen berkunjung ke Sagalaherang tempatnya sari Raden Wangsa Sanjaya dijamu pakai makanan papaes tersebut. Ternyata waktu dia mencoba dan makan juga suka nanya kalau itu kue apa namanya, terus dijawab kue papaes nah berhubung dia orang Belanda yang bahasanya e bisa menjadi i jadinya nyebut papais. Nah jadi papais itu sebutan atau ejaan orang Belanda," ungkapnya.

Aep menuturkan, Papais Cisaat juga memiliki mitos yang cukup kental di tengah masyarakat. Para pendahulu dari Desa Cisaat saat itu melarang untuk memperjual belikan Papais Cisaat ke pasar-pasar. Sesepuh dahulu menilai bahwa Papais Cisaat merupakan makanan kesukaan dari bangsawan atau orang terpandang saat itu.

"Sesepuh dulu itu melarang untuk menjual makanan ini (papais) dijual ke pasar, karena makanan kesukaan para tokoh atau petinggi-petinggi, soalnya kalau sampai dijual dinilai tidak menghargai, soalnya kan dulu mah ada tingkatan makanan rakyat biasa sama petinggi itu beda," jelasnya.

BACA JUGA : Berjualan 50 Tahun Lebih, Pedagang Sate dan Ketan Bakar di Sagalaherang Subang Generasi Kedua

Bahkan dalam mitos tersebut, Aep menuturkan jika masyarakat melanggar akan terjadi sesuatu yang membahayakan bagi yang menjualnya. Akhirnya, sebagian masyarakat yang berada di Desa Cisaat masih mempercayai akan mitos tersebut.

"Hampir semuanya sampai sekarang tidak ada yang berani menjual ya karena itu ada mitosnya kalau berani menjual suka ada apalah tapi tidak disebutkan apa yang akan terjadi kedepannya bisa dibilang pamali. Kalau yang melanggar ada saja gangguan gangguan yang diterima," pungkasnya.

BACA JUGA : Segar dan Nikmat, Pecinta Eskrim Wajib Cicipi Eskrim Kelapa Muda di Subang

Kini seiring berjalannya waktu, Papais Cisaat menjadi salah satu oleh-oleh dari Kabupaten Subang. Rasanya yang manis, enak dan harganya yang terjangkau membuat Papais Cisaat diburu wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Subang. 

Editor : Yudy Heryawan Juanda

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut