SUBANG, iNewsSubang.id - Nelayan di Pantura Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat beralih profesi menjadi pembuat batu bata. Hal tersebut dilakukan akibat cuaca di laut Jawa dalam beberapa pekan terakhir ini cukup buruk.
Untuk mempertahankan hidup, para nelayan terpaksa harus memutar otak mencari sumber penghasilan alternatif. Salah satunya, dengan beralih profesi menjadi perajin batu bata.
BACA JUGA : Polres Subang Tanam Ribuan Bibit Cabai Bersama Petani Milenial
Menurut Dasa, Nelayan asal Desa Tanjungtiga, Kecamatan Blanakan, Subang ini mengaku cuaca di perairan Jawa saat ini cukup buruk. Gelombang laut tinggi sehingga sulit mendapatkan ikan dan cukup beresiko.
"Mau ke laut cuacanya lagi gak bagus, gelombangnya gede ikannya gak ada, jadi sekarang buat batu bata," ujar Dasa kepada iNewsSubang.id Selasa (27/9/2022).
BACA JUGA : Bawa Tengkorak ke RS Bhayangkara dan Puslabfor, Ini yang Dicari Polres Subang
Dalam sehari, Dasa bisa membuat batu bata hingga 300 buah. Ia jual setiap buahnya seharga Rp300 untuk bata mentah dan Rp500 untuk bata matang.
"Sehari dapatnya 300 bata, kalau dijual Rp300 yang mentah dan Rp500 yang matang, lumayan untuk menyambung hidup," katanya.
Dasa mengungkapkan, profesi perajin batu bata ini tidak menguntungkan. Namun setidaknya dapat membawa uang ke rumah untuk kebutuhan sehari-hari.
BACA JUGA : Geger, Petani Temukan Tengkorak Manusia di Lahan Eks Kebun Tebu Manyingsal
"Gak menguntungkan, cuma jangan sampai nganggung saja, kalau nganggur siapa yang ngasih, minta-minta ke siapa, malu lah," ungkapnya.
Sebelum dapat dijual, batu bata ini membutuhkan sejumlah proses mulai dari pengolahan bahan, pencetakan, pengeringan, dan pembakaran. Proses paling lama biasanya di tahap pengeringan dan pembakaran.
BACA JUGA : Detik-detik Resque Damkar Subang Evakuasi Petugas Sekolah yang Tewas Tersengat Listrik
"Pengeringan sedikitnya butuh waktu 4 sampai 5 hari, yang paling lama itu pembakaran, butuh waktu seminggu sampai batu batanya keras," ucap Dasa
Editor : Yudy Heryawan Juanda