Terorisme Sasar Anak Lewat Game Online, BNPT Ungkap 112 Korban di 26 Provinsi
“Kalau bahasa sekarang Digital Grooming, yaitu membangun komunikasi lewat game online untuk merekrut supaya anak tertarik. Jadi jaringan terorisme ini masuk sebagai seolah-olah main game seumuran dengan dia,” katanya.
Setelah korban merasa cocok dan memiliki hobi yang sama, pelaku kemudian menarik mereka keluar dari ruang game menuju platform komunikasi tertutup.
“Setelah sama-sama satu hobi, tertarik dengan itu baru ditarik keluar. Masuk ke grup whatsapp, Telegram, barulah disitu dimasukan doktrin-doktrin,” imbuhnya.
BNPT menegaskan, negara tidak tinggal diam menghadapi ancaman serius ini. Bersama kementerian dan lembaga terkait, pemerintah telah melakukan penanganan khusus terhadap 112 anak yang terpapar paham radikalisme dan terorisme.
“Pemerintah sudah membentuk tim koordinasi penanganan anak yang menjadi korban terorisme. Negara tidak hanya menghukum, tapi juga memulihkan,” pungkas Eddy Hartono.
Melalui kegiatan ini, BNPT juga mengingatkan para orang tua untuk lebih waspada dan aktif mengawasi aktivitas digital anak-anak, khususnya yang gemar bermain game online. Pengawasan, komunikasi yang terbuka, serta pendampingan keluarga menjadi benteng awal agar anak-anak tidak menjadi sasaran empuk paham radikalisme dan terorisme yang kini menyusup secara halus melalui ruang digital.
Editor : Yudy Heryawan Juanda