Alih Profesi Jadi Pembuat Batu Bata, Buruh Tani di Pamanukan Subang Hanya Raup Rp15.000 Perhari

SUBANG, iNewsSubang.id - Areal pesawahan yang kering akibat tak ada air,membuat sebagian buruh tani di Desa Pamanukan Sebrang, Kecamatan Pamanukan, Subang, Jawa Barat beralih profesi menjadi pembuat batu bata merah. Lahan pesawahan yang kering dimanfaatkan mereka sebagai bahan untuk membuat batu bata merah.
Para buruh tani ini mencetak bata secara manual dan langsung di jemur di bawah terik matahari. Dalam sehari setiap buruh tani masing mampu mencetak hingga 200 bata mentah. Bata mentah selanjutnya dibakar menggunakan sekam hingga bata matang berwarna merah.
Hadi (50) seorang buruh tani mengaku profesi membuat bata merah ini terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. "Kita gak ada kerjaan jadi bikin bata, sawah kekeringan kurang air, bareng temen-temen banyak," ujarnya kepada iNewsSubang.id, Minggu (6/8/2023).
Menurut Ilyas (55) buruh tanu lainnya mengaku bata merah tersebut ia jual dengan harga Rp900 perbuah. Meskipun hanya mendapatkan penghasilan Rp15.000 perhari, namun mereka tetap bersyukur dari pada tidak memiliki penghasilan. "Sehari Rp12.000 - Rp15.000, dicukup-cukupo saja," katanya.
Sementara menurut Sekretaris Desa Pamanukan Sebrang, Endang Rohanda, dari 312 hektare sawah di Desanya, 200 hektare diantaranya mengalami kekeringan.
"Untuk saat ini dari areal pesawahan kami di Desa Pamanukan Sebrang, sekitar 321 hektare kurang lebih ada 200 hektare itu mengalami kekeringan," ungkapnya.
Petani berharap pemerintah turun tangan untuk membantu permasalahan mereka disaat musim kemarau seperti ini.
Editor : Yudy Heryawan Juanda