BANDUNG, iNewsSubang.id - Gara-gara mengonsumsi minuman keras (miras) yang dioplos obat terlarang, Didin (37) warga Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, mengalami kebutaan permanen. Kisah pria tunanetra ini mengundang perhatian Dedi Mulyadi selaku Wakil Ketua Komisi IV DPR RI.
Sebenarnya, Didin lahir dan tumbuh besar sebagai pemuda dengan pancaindra normal. Namun sejak 5 tahun silam, Didin divonis mengalami kebutaan yang tidak bisa disembuhkan.
Diceritakan Didin, sejak kecil ia sudah mengenal agama. Akan tetapi, saat remaja, dia justru terjebak dalam pergaiulan yang salah.
Didin kerap mengonsumsi minuman keras oplosan dan obat terlarang Dextro, 5 tahun silam. Gara-gara hal itu, Didin sempat demam tinggi hngga kemudian berakhir dengan kebutaan.
“Dulu suka minum oplosan sama Dextro dicampur. Sekali minum 20 Dextro sekaligus. Terus lama-lama panas tiris, kemudian begini,” kata Didin tak bisa menyembunyikan penyesalannya.
Selain berpengaruh ke mata, saraf Didin juga ikut terganggu. Akibatnya, Didin mengalami gangguan kejiwaan. Dia sering mengamuk kepada ibu dan adik-adiknya hingga merusak perabotan di dalam rumah.
Walaupun begitu, sang ibu tetap menyayangi dan merawat Didin. Kini, Didin yang kerap mengamuk sudah mulai normal.
Meski begitu, kebutaan yang dialami Didin sudah dipastikan oleh dokter tak bisa sembuh.
"Didin pernah dibawa berobat namun dokter mengatakan kebutaannya tak bisa lagi disembuhkan. Sebab kornea dan saraf mata Didin sudah rusak," tutur ibunya sedih.
Kisah pilu pria buta miras oplosan itu membuat Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi terharu dan miris. Mantan Bupati Purwakarta awalnya tak sengaja bertemu dengan Didin saat dalam perjalanan menuju Kabupaten Garut.
Saat melintas, Dedi Mulyadi melihat pria tunanetra itu sedang menenteng karung berisi botol bekas. Kang Dedi lantas mengantarkan Didin ke rumahnya di sekitar Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, tak jauh dari tempat mereka bertemu.
Sesampainya di rumah, Kang Dedi bertemu dengan orangtua Didin. Didin adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dua adiknya telah menikah dan bekerja.
Awal-awal ketika Didin divonis buta, ia kerap mengandalkan bantuan dari orangtua. Namun kini Didin mencoba mandiri dengan memulung barang-barang rongsokan yang nantinya dijual ke tukang rongsokan.
“Biasa keluar rumah jam enam, nanti jam 11an pulang ke rumah. Barangnya nanti ada yang beli tukang rongsokan,” ungkap ibu Didin.
Uang yang didapat dari hasil jual barang rongsokan tersebut biasa digunakan Didin untuk membeli rokok. Sementara untuk makan sehari-hari, Didin mengharap pemberian orangtua.
Orangtua tidak ingi Didin salah mengonsumsi makanan dan minuman lagi yang akan membahayakan kesehatannya.
Sementara itu, orang tua Didin yang sudah paruh baya hanya bisa mengandalkan pemberian dari dua anaknya yang lain.
Kesabaran ibunda Didin dalam merawat putranya membuat Dedi Mulyadi merasa takjub. Sang ibu tak kenal lelah mengurusi anaknya itu meski dulu kerap diamuk.
“Itulah seorang ibu yang tetap sabar mengurus anaknya walaupun anaknya mengalami kebutaan seperti ini karena perbuatannya sendiri,” ujar Dedi Mulyadi.
Sebelum pergi, Kang Dedi memberikan sejumlah uang kepada keluarga tersebut. Uang itu untuk dibelikan ayam agar Didin mulai beternak dan tak lagi harus mencari rongsokan hingga ke jalan raya yang membahayakan jiwa.
Artikel ini telah tayang di jabar.inews.id dengan judul " Pria asal Bandung Ini Buta Gegara Kerap Tenggak Miras Dioplos Obat Terlarang "
Editor : Hikmatul Uyun