Mahasiswa Subang Tantang Pemerintah, Reforma Agraria dan Kedaulatan Pangan Jangan Hanya Jadi Wacana
Persoalan klasik petani seperti harga gabah yang jatuh, distribusi pupuk subsidi yang tidak merata, hingga impor beras yang menekan petani lokal, kembali dipertanyakan.
“Kita tidak bisa berhenti hanya pada ketahanan pangan. Yang dibutuhkan adalah kedaulatan pangan, di mana petani punya kemandirian dan posisi tawar kuat,” ucap seorang aktivis mahasiswa.
Dialog juga menyinggung rendahnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian. Mahasiswa mengingatkan bahwa tanpa regenerasi petani, masa depan pangan Subang akan rapuh.
“Pendidikan politik dan kesadaran agraria harus terus digelorakan agar kaum muda melihat pertanian bukan sekadar pekerjaan warisan, tapi jalan perjuangan,” kata Riefky menambahkan.
Di akhir forum, GMNI Subang bersama mahasiswa menyuarakan tiga tuntutan pokok:
1. Pelaksanaan reforma agraria sejati, agar tanah kembali kepada mereka yang benar-benar menggarap.
2. Kedaulatan pangan, untuk melindungi petani dari ancaman impor dan permainan tengkulak.
3. Komitmen mahasiswa kembali ke rakyat, menjadi garda depan perjuangan kaum Marhaen.
Dialog publik ini mempertegas satu pesan bahwa Subang tidak boleh tercerabut dari akar sejarahnya sebagai tanah agraris. Suara mahasiswa berpadu dengan suara rakyat membela petani, memperjuangkan reforma agraria, dan menegakkan kedaulatan pangan sebagai syarat mutlak menuju kemerdekaan yang sejati.
Editor : Yudy Heryawan Juanda