Media juga menjadi alat utama bagi para kandidat untuk menjangkau pemilih secara efisien. Melalui media sosial dan platform digital, para kandidat dapat berinteraksi langsung dengan pemilih, menjawab pertanyaan, serta menerima masukan.
"Media memungkinkan kandidat menyebarkan informasi kampanye, jadwal, dan lokasi pemungutan suara dengan cepat. Mereka juga dapat memantau respons pemilih melalui alat analitik digital untuk menyesuaikan strategi kampanye agar lebih efektif," jelas Hendri.
Selain itu, media memainkan peran kunci dalam membentuk opini publik. Para kandidat memanfaatkan media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan YouTube untuk menyebarkan pesan kampanye serta membangun basis dukungan. Teknologi iklan berbasis data juga dimanfaatkan untuk menjangkau audiens yang lebih spesifik.
"Media digital mempermudah pemilih untuk mengakses informasi tentang calon, platform, dan isu-isu politik. Pemilih juga dapat mencari informasi lebih lanjut melalui internet," tambahnya.
Hendri mengungkapkan bahwa media berperan penting dalam melawan berita palsu selama pemilu. Organisasi pemantau fakta bekerja sama dengan platform media sosial untuk mengidentifikasi dan menanggapi konten-konten yang menyesatkan.
"Media menyediakan liputan langsung, analisis, serta pembaruan hasil pemilu secara cepat. Hal ini membantu pemilih memahami konteks dan implikasi dari hasil pemilihan," ujarnya.
Hendri menutup pemaparannya dengan menekankan bahwa media memegang peran signifikan dalam proses demokrasi. Selain menjadi sarana komunikasi antara kandidat dan pemilih, media juga memastikan transparansi dan akuntabilitas selama proses pemilu berlangsung.
"Dengan demikian, media menjadi sarana penting bagi kandidat untuk memengaruhi dan berinteraksi dengan pemilih. Media juga berperan signifikan dalam pembentukan proses demokrasi dan pengambilan keputusan politik selama Pemilu 2024," pungkasnya.
Editor : Yudy Heryawan Juanda