SUBANG, iNewsSubang.id - Aksi Junaedi, warga Bandung yang berjalan kaki ingin menemui Presiden Prabowo Subianto viral di media sosial. Sambil membawa bendera merah putih, Junaedi memasangkan banner di badannya yang hendak dikeluhkan ke Presiden Prabowo.
"Kepada Yth Bapak Presiden RI, Kami mohon mediasi Peradilan. Saya Bapak Junaidi dari Bandung dengan keluhan sebagai berikut: 1. Anak saya diperkosa dibawah umur, 2. Dinikahkan tanpa saya(tanpa wali dari orangtua) yang dilakukan oleh oknum santri dengan TKP Yayasan As Syifa Al-Khoeriyyah Subang," isi tulisan banner yang dibawa Junaedi.
Aksi Junaedi tersebut juga diabadikan oleh akun youtube AFA Channel. Dalam pengakuan di akun youtube tersebut, Junaedi sudah melaporkan kasus dugaan pemerkosaan anaknya tersebut ke Polres Subang, Polda Jabar, hingga Mabes Polri.
"Saya lapor ke Polda Bandung (Jabar), terus Polres Subang, ke Mabes Polri juga sudah, tidak ada hasilnya, tidak ada tindakan," ujarnya.
Junaedi juga mengungkapkan bahwa kasus dugaan pemerkosaan anaknya tersebut terjadi pada tahun 2011. Ia bahkan sudah menghabiskan sebuah rumah untuk mengurus kasus tersebut.
"Kejadiannya tahun 2011, saya sudah habis rumah. Lapor terus saya gak berhenti. Saya sehari-hari untuk makan dari rongsokan," katanya sambil mengusap air mata.
Menanggapi viralnya aksi Junaidi, Yayasan As-Syifa Al-Khoeriyyah melalui Sekretarisnya, Casim memberikan klarifikasi. Menurut Casim, narasi yang disampaikan Junaidi tidak benar alias hoaks.
"Sama sekali tidak benar dan tidak ada santri As Syifa Al-Khoeriyyah yang melakukan rudapaksa terhadap anak Junaidi," ucap Casim kepada awak media, Sabtu (21/12/2024).
Casim menjelaskan bahwa awalnya Junaidi tinggal di sebuah gubuk yang menyerupai kandang domba bersama anaknya yang lokasinya tidak jauh dari Kampus As Syifa di Wanareja, Subang.
"Kami pihak As Syifa merasa iba melihat Junaidi, akhirnya kami mengajak Pak Junaidi tinggal di kawasan Kampus As Syifa dan dipekerjakan sebagai tukang kebun," ungkapnya.
Seiring waktu, sekitar tahun 2012, anak Junaidi beranjak dewasa. Nanang, yang merupakan petugas pertanian Yayasan As Syifa Al-Khoeriyyah, menyatakan keinginannya untuk menikahi Teti, anak Junaidi.
"Nanang masuk sebagai pekerja pertanian di As Syifa pada November 2011. Juni 2012 keluar karena berencana menikahi Teti anak Junaidi di Sumedang," jelas Casim.
Pada waktu itu, lanjut Casim, Nanang sempat meminta izin kepada Junaidi untuk menikahi Teti. Namun, Junaidi meminta sejumlah uang yang tidak bisa dipenuhi oleh Nanang.
"Akhirnya Nanang pulang ke Sumedang, dan Teti menyusul. Keduanya menikah di Sumedang. Kabarnya tanpa wali Junaidi, tapi wali hakim. Namun beberapa bulan kemudian dinikahkan ulang oleh Junaidi," ujar Casim.
"Jadi sama sekali tak ada rudapaksa di Kampus As Syifa Al-Khoeriyyah Wanareja saat itu, dan kami juga punya surat pernyataan di atas materai dari Teti anak Junaidi, bahwa dirinya tak pernah mendapatkan perlakuan atau kekerasan seksual oleh Nanang selama di As Syifa," tambahnya.
Saat ini, menurut Casim, Teti dan Nanang sudah menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia di Sumedang. "Berumah tangga hampir 12 tahun dan sudah dikaruniai dua anak," katanya.
Casim menegaskan bahwa kasus ini sepenuhnya merupakan urusan keluarga antara Junaidi dan Nanang, tanpa ada kaitannya dengan Yayasan As Syifa Al-Khoeriyyah. "Kami juga masih belum mengetahui apa motif Junaidi yang selalu membawa-bawa nama Yayasan As Syifa Al-Khoeriyyah," ujarnya.
Menurut keterangan Teti, lanjut Casim, Junaidi tidak bisa membaca dan menulis. "Mungkin ada orang di belakang Pak Junaidi yang ingin merusak citra Yayasan As Syifa Al-Khoeriyyah, karena kami tak yakin itu inisiatif Pak Junaidi sendiri," tuturnya.
Junaidi pernah melaporkan kasus yang dialami anaknya ke Polres Subang, namun laporan tersebut tidak dapat diproses karena kurangnya bukti. "Kasus yang dilaporkan oleh Junaidi terkait anaknya tersebut sudah di-SP3 oleh Polres Subang," terang Casim.
Selain itu, Junaidi, menurut pihak As Syifa Al-Khoeriyyah, kerap mengirim surat kaleng dan membawa pengacara.
"Namun setelah kami jelaskan kepada pihak pengacara dengan bukti-bukti yang kami miliki, termasuk rekaman keterangan dari Teti dan Nanang, akhirnya pengacara tersebut memahami dan malah menyalahkan Junaidi, karena tidak ada bukti kuat yang mendukung klaim anaknya mengalami rudapaksa di Kampus As Syifa Al-Khoeriyyah," jelas Casim.
Casim juga menegaskan bahwa meskipun nama Yayasan As Syifa Al-Khoeriyyah telah dicemarkan oleh Junaidi, pihak yayasan tidak akan menempuh jalur hukum. "Insyaallah kita tetap tegar dan kuat menghadapi ujian dari Pak Junaidi ini, dan tak akan menempuh jalur hukum," tutupnya.
Anak Junaedi, Tety Kurmiaty yang disebutnya menjadi korban pemerkosaan juga memberikan klarifikasi di komentar video youtube AFA Channel. Menurutnya, pernyataan ayahnya tersebut hoax dan fitnah.
"Assalamualaikum saya disini tety kusmiaty sebagai anak dari Bpk junaedi. Saya disini mau menyampaikan bahwa sebenarnya yg Bpk saya katakan itu semua tidak benar. Saya sekarang Alhamdulillah sudah menjalani kehidupan berumah tangga dan Alhamdulillah sudahmempunyai 2 anak. Justru saya dari kecil tidak disayangi oleh bpk saya Bpk Junaedi jadi maaf untuk kalian yg tidak tau permasalahannya yg benar tidak usah memperkeruh keadaan. Karna itusemua yg di katakan Bpk junaedi itu tidak benar," tulisnya.
Editor : Yudy Heryawan Juanda