"Saya telah melakukannya selama lima tahun. Beberapa di antaranya sudah saya kuliahkan di Universitas Tri Sakti, Universitas Jayabaya, serta beberapa universitas di Yogyakarta dan Cianjur," tambahnya.
Bos Urip juga menyebutkan bahwa ia telah menyekolahkan putra-putri Subang di Sekolah Tinggi Pelayaran.
Di sektor kesehatan, Bos Urip menyampaikan bahwa ia telah membantu masyarakat di desanya yang memiliki kartu BPJS namun tidak aktif.
"Di Desa Sidajaya dan Sidamulya, ada sekitar 1800 orang yang memiliki kartu BPJS tetapi tidak aktif. Padahal, biaya yang kurang hanya sekitar 35 hingga 45 ribu rupiah. Kita genapkan menjadi 50 ribu rupiah. Jika 1000 orang membayar 50 ribu, totalnya 50 juta, dan itu sudah cukup untuk mencakup dua desa. Seharusnya, bagi pemerintah ini bukan masalah besar," jelasnya.
Ia meyakini konsep ini dapat diterapkan secara lebih luas di Subang sebagai bagian dari program Jimat-AKU, mengingat biaya yang relatif kecil bagi pemerintah.
Editor : Yudy Heryawan Juanda