Inilah Alasan Dedi Mulyadi Memilih Tinggal di Desa, Patut Dicontoh Pejabat Tanah Air

Tim iNews.id
Pagelaran pentas sastra, seni, dan tari di Lembur Pakuan, Subang dihadiri ribuan warga. (Foto: Yudy H Juanda)

"Kenapa saya membangun kampung ini, hanya memberikan contoh. Saya tidak punya jabatan pun saya mencintai kampung tempat kelahiran saya. Saya berterima kasih pada ibu saya, pada bapa, yang melahirkan saya ditempat ini. Maka bentuk penghormatan saya pada ibu dan bapa, saya gunakan uang saya agar ibu saya bahagia, agar bapa saya bahagia. Sambil mengajak para pejabat yang lain, kamu kalau menjabat bangun kampungmu, tata kampungmu," imbuhnya. 

Selain itu, biaya hidup di Jakarta dinilai cukup tinggi. Apalagi biaya yang dikeluarkan lebih banyak dinikmati oleh para konglomerat dibandingkan oleh masyarakat kecil. 

"Politisi kalau di Jakarta itu makan di hotel minimal satu orang Rp1juta. Kalau makan daging Jepang itu Rp2juta-Rp10uta satu orang. Uang dari kampung dibawa ke Jakarta dinikmati di Jakarta, siapa yang kaya dari itu? Konglomerat yang punya hotel, yang punya mall," ungkapnya. 

"Makanya saya pilih tinggal disini, makan saya apa? Ikan emas goreng, harga perkilonya Rp25ribu. Saya beli pelet dari toko Kalijati, dipanggul kesini, yang manggulnya saya bayar, disebarin ke kolam, yang nyebarin peletnya saya bayar. Uang saya beredar ke toko kios Kalijati, ke yang manggul, ke yang ngurus kolam," sambung politisi Partai Gerindra itu. 

Bahkan di kediamannya, KDM memiliki pekerja yang berbeda untuk cuci pakaian, setrika pakaian, dan ngepel lantai. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pekerjaan kepada masyarakat di kampungnya. 

Editor : Yudy Heryawan Juanda

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network