Aep menuturkan, Papais Cisaat juga memiliki mitos yang cukup kental di tengah masyarakat. Para pendahulu dari Desa Cisaat saat itu melarang untuk memperjual belikan Papais Cisaat ke pasar-pasar. Sesepuh dahulu menilai bahwa Papais Cisaat merupakan makanan kesukaan dari bangsawan atau orang terpandang saat itu.
"Sesepuh dulu itu melarang untuk menjual makanan ini (papais) dijual ke pasar, karena makanan kesukaan para tokoh atau petinggi-petinggi, soalnya kalau sampai dijual dinilai tidak menghargai, soalnya kan dulu mah ada tingkatan makanan rakyat biasa sama petinggi itu beda," jelasnya.
BACA JUGA : Berjualan 50 Tahun Lebih, Pedagang Sate dan Ketan Bakar di Sagalaherang Subang Generasi Kedua
Bahkan dalam mitos tersebut, Aep menuturkan jika masyarakat melanggar akan terjadi sesuatu yang membahayakan bagi yang menjualnya. Akhirnya, sebagian masyarakat yang berada di Desa Cisaat masih mempercayai akan mitos tersebut.
"Hampir semuanya sampai sekarang tidak ada yang berani menjual ya karena itu ada mitosnya kalau berani menjual suka ada apalah tapi tidak disebutkan apa yang akan terjadi kedepannya bisa dibilang pamali. Kalau yang melanggar ada saja gangguan gangguan yang diterima," pungkasnya.
BACA JUGA : Segar dan Nikmat, Pecinta Eskrim Wajib Cicipi Eskrim Kelapa Muda di Subang
Kini seiring berjalannya waktu, Papais Cisaat menjadi salah satu oleh-oleh dari Kabupaten Subang. Rasanya yang manis, enak dan harganya yang terjangkau membuat Papais Cisaat diburu wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Subang.
Editor : Yudy Heryawan Juanda
Artikel Terkait