SUBANG, iNewsSubang.id – Nelayan di wilayah Pantura Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat, mengalami masa paceklik sejak dua bulan terakhir akibat cuaca buruk yang melanda perairan laut utara Jawa. Fenomena cuaca buruk yang dikenal dengan istilah baratan ini membuat para nelayan tidak dapat melaut, sehingga mereka kehilangan penghasilan dan menjadi pengangguran sementara.
"Akibat cuaca buruk yang melanda perairan utara Laut Jawa berupa baratan, nelayan tidak melaut sehingga tak mempunyai penghasilan, dan akhirnya mereka mengalami paceklik," ujar Carta, Badan Pengawas KPL Mina Mandiri Fajar Sidik Blanakan, Sabtu (4/1/2025).
Selain berdampak pada nelayan, baratan juga menyebabkan pasokan ikan ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) anjlok, sehingga produksi ikan menurun drastis. Di tengah kondisi ini, para nelayan harus berutang kepada pemilik kapal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang baru bisa dilunasi setelah mereka kembali melaut.
Sebagai bentuk kepedulian, jajaran pengurus Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Mandiri Fajar Sidik Blanakan menyalurkan bantuan berupa beras paceklik untuk membantu meringankan beban para nelayan. Total sebanyak 6.000 kilogram atau 6 ton beras dibagikan kepada 600 nelayan, baik anggota maupun non-anggota koperasi.
"Untuk mengatasi persoalan ini, KPL Mina Mandiri Fajar Sidik Blanakan menyalurkan beras paceklik sebanyak 6.000 kilogram kepada 600 nelayan. Bantuan ini kami harapkan dapat meringankan beban mereka di tengah kondisi cuaca buruk," tegas Carta.
Ia menjelaskan bahwa program penyaluran beras paceklik ini telah menjadi agenda tahunan koperasi setiap kali menghadapi masa sulit akibat cuaca ekstrem. Pada tahun 2025, jumlah beras yang dibagikan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, seiring dengan naiknya produksi ikan di pelelangan.
"Untuk tahun ini, pembagian beras paceklik alami kenaikan. Setiap nelayan menerima 15 kilogram beras," pungkas Carta.
Penyaluran beras paceklik ini diharapkan dapat membantu para nelayan Blanakan menghadapi masa sulit hingga cuaca membaik dan mereka bisa kembali melaut untuk mencari nafkah.
Editor : Yudy Heryawan Juanda