Kedua, adanya ketidakpercayaan publik terhadap birokrasi yang masih didominasi oleh “birokrat lama”. Hal ini berdampak pada rendahnya kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintahan, meskipun mereka menaruh kepercayaan tinggi pada gubernurnya.
"Jadi mereka percaya sama gubernurnya, tapi tidak percaya sama birokrasinya," imbuhnya.
Temuan ini diharapkan menjadi bahan evaluasi penting bagi Dedi Mulyadi dan jajaran Pemprov Jabar dalam meningkatkan kinerja birokrasi. Burhanuddin menekankan pentingnya menyelaraskan semangat kerja birokrat dengan kinerja sang gubernur.
"Gubernurnya di mata publik Jawa Barat 'gaspol' pakai gigi 9, tapi sebagian birokrat masih ada yang gigi 5 atau 6, terutama di variabel yang berkaitan dengan ekonomi," sindir Burhanuddin.
Survei ini melibatkan 600 responden dari berbagai wilayah di Jawa Barat melalui metode wawancara tatap muka. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode multi-stage random sampling, dengan tingkat margin of error sekitar 4,1%.
Artikel ini sebelumnya telah terbit dengan judul : Ada Apa Gerangan? Kepuasan Publik untuk Dedi Mulyadi Melesat, Pemprov Jabar Kok Tertinggal Jauh?
Editor : Yudy Heryawan Juanda
Artikel Terkait