Di Sukamandi, teknologi presisi ini digunakan untuk mapping di lahan seluas 592 Ha. Rekomendasi pemupukan per hektar adalah NPK 373 kg, Urea 189,61 kg, dan KCl 64,53 kg, dibandingkan dengan aplikasi petani sebelumnya yang menggunakan NPK 300 kg, Urea 200 kg, dan KCl 100 kg.
Pengembangan teknologi pertanian presisi ini sejalan dengan arahan Kementerian BUMN Republik Indonesia, yang mendorong unit riset di klaster pangan dan pupuk untuk berkolaborasi, melalui Indonesia Food and Fertilizer Research Institute (IFFRI), yang terdiri dari IFRI Pupuk Indonesia, RNI Food Research Institute (RFRI), dan Bulog Food Research Institute (BFRI).
Pupuk Indonesia bersama anggota holding tahun 2024 melakukan riset pertanian presisi di 46 titik demonstration plot (demplot) yang tersebar di 12 provinsi, dengan komoditas seperti padi, kelapa sawit, tebu, dan jagung.
Dari total riset, demplot pertanian presisi dilakukan di 8.265 Ha, dan mapping di 252.647 Ha. Hasilnya, produktivitas meningkat sekitar 13,5 persen.
"Harapannya, pola budidaya ini berkelanjutan, tidak hanya untuk mencapai produktivitas pertanian yang tinggi, tapi juga untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan bagi generasi mendatang," ujarnya.
Editor : Yudy Heryawan Juanda
Artikel Terkait