Berdasarkan analisis teknis dari berbagai lembaga, produk bioteknologi ini telah dianggap aman dan dapat digunakan sebagai bahan pangan dan pakan ternak, serta dianggap aman terhadap dampak lingkungan. Produk ini juga menjadi solusi untuk industri pakan ternak (feedmill) dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku. Jagung bioteknologi juga aman digunakan dan mendukung ketersediaan pakan ternak sapi dalam industri peternakan susu yang terus berkembang.
Jagung bioteknologi yang diperkenalkan oleh Syngenta dalam Corn Plantation Expo merupakan jenis jagung pertama di Indonesia yang memiliki dua keunggulan utama, yaitu toleransi terhadap herbisida glifosat dan ketahanan terhadap hama penggerek batang (Asian Corn Borer/Ostrinia furnacalis). Syngenta memiliki tiga merek jagung bioteknologi, yakni NK Pendekar Sakti, NK Sumo Sakti, dan NK Perkasa Sakti. Sebagai contoh, NK Pendekar Sakti memiliki potensi hasil hingga 11,8 ton/ha dalam bentuk biji kering. Jenis jagung bioteknologi ini lebih mudah dalam budidaya, lebih ekonomis, dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi.
Produktivitas jagung hibrida bioteknologi dengan keunggulan ganda ini mencapai peningkatan sekitar 10% dibandingkan dengan jagung hibrida konvensional. Jika ditanam secara meluas di Indonesia, jagung bioteknologi ini memiliki potensi untuk meningkatkan hasil panen jagung dari rata-rata nasional saat ini, yang mencapai 5,3 ton/ha, menjadi sekitar 7 ton/ha.
“Kami berharap jagung hibrida bioteknologi dengan keunggulan ganda ini dapat memberikan hasil panen melimpah untuk petani dan memberikan keuntungan lebih besar kepada semua pemangku kepentingan. Tidak hanya memiliki potensi yang besar, hadirnya jagung bioteknologi ini sekaligus sebagai upaya untuk mendukung Pemerintah dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan nasional khususnya untuk produk jagung dan turunannya,” pungkas Fauzi Tubat.
Editor : Yudy Heryawan Juanda
Artikel Terkait