get app
inews
Aa Text
Read Next : Kurangi Emisi Karbon, Pertamina Regional Jawa Tanam 95.000 Pohon di Tahun 2024

Purnama Subang Cara Pertamina EP Berdayakan Para Mantan Pekerja Migran Menuju Kemandirian

Rabu, 11 September 2024 | 08:36 WIB
header img
Melalui Purnama Subang, Supianto mantan PMI berhasil ubah limbah diapers menjadi pot bunga yang bernilai tinggi. (Foto: Yudy H Juanda)

SUBANG, iNews.id - Kabupaten Subang dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) terbanyak. Menurut data Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Subang, selama semester pertama 2024, sebanyak 4.323 warga Subang tercatat bekerja di luar negeri. Jumlah ini belum termasuk mereka yang berangkat secara non-prosedural. 

Namun, tantangan besar dihadapi oleh para PMI ketika mereka kembali ke tanah air. Banyak dari mereka kesulitan mengelola keuangan yang diperoleh selama bekerja di luar negeri. Setelah kembali, mencari pekerjaan di Indonesia pun menjadi masalah tersendiri, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Hal ini dialami oleh Supianto, mantan PMI asal Desa Compreng, Kecamatan Compreng, Subang.

Supianto (40), yang pernah bekerja di Taiwan, kembali ke tanah air pada tahun 2019 dalam usia 38 tahun. Seiring waktu, tabungannya menipis, sementara ia kesulitan mendapatkan pekerjaan karena faktor usia. 

"Sulitnya cari kerjaan karena umur saya udah mentok kalau di Indonesia kan 35 tahun sedangkan saya 42, di tahun 2019 berarti saya 38," ujarnya kepada Subang.iNews.id, Rabu (11/9/2024). 

Berangkat dari kondisi tersebut, Pertamina EP Subang Field tergerak untuk membantu para mantan pekerja migran melalui program Purna Pekerja Migran Indonesia Berdaya Bersama Subang (Purnama Subang). Program ini bertujuan untuk memberdayakan para mantan PMI agar mampu mandiri secara ekonomi dan sosial.

Supianto, yang memiliki ketertarikan pada kegiatan lingkungan, mulai terlibat dalam upaya membersihkan sungai dan pantai bersama rekan-rekan mantan PMI lainnya. Saat membersihkan daerah aliran sungai, mereka menemukan banyak limbah, seperti styrofoam dan popok bekas.

"Waktu pertamanya kan saya penggiat lingkungan, saya bersih-bersih bantaran sungai sama temen-temen buruh migran. Ketika bersih-bersih itu banyak sampah styrefoam sama pampers bekas," katanya. 

Dalam rangka meningkatkan keterampilannya, Pertamina EP mengirim Supianto ke Surabaya untuk mengikuti pelatihan pembuatan pot bunga. Supianto kemudian mengembangkan ide kreatifnya, dengan mengganti bahan dasar batu alam yang biasa digunakan dalam pembuatan pot dengan limbah diapers yang mereka temukan.

"Ketika Pertamina masuk, kita diajarkan untuk membuat pot yang lebih bagus daripada itu lalu kita dikirim ke Surabaya, tapi bukan pot bunga dari Pampers sebenarnya di sananya cuman ada pengrajin pot dari batu alam, nah kita ganti batunya oleh limbah pampers," ungkapnya. 

Ternyata, lanjut Supianto, pot bunga dari limbah diapers tersebut disukai banyak orang. Bahkan pot bunga tersebut kini telah terjual hingga ke luar negeri. 

"Pertama sekolah-sekolah yang banyak membeli, kini penjualan sudah sampai ke Taiwan. Untuk pot bunga biasa dijual Rp5000 hingga Rp20.000. Tapi kalau yang impor mencapai Rp300.000 karena lebih bagus menggunakan cetakan," imbuhnya. 

Supianto kini memproduksi puluhan pot bunga setiap harinya, dibantu oleh para pelajar yang magang. Usaha ini tidak hanya mengurangi limbah diapers, tetapi juga menjadi solusi untuk kesulitan ekonomi mantan pekerja migran, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Kisah serupa datang dari Yanti (40), mantan PMI lainnya dari Desa Compreng. Yanti, yang bekerja di Taiwan selama 11 tahun, menghadapi kesulitan ekonomi setelah pulang ke kampung halaman. Ia bahkan sempat kehabisan uang untuk kebutuhan sehari-hari. 

"Karena hidup di kampung enggak ada pemasukan, waktu itu belum punya suami lagi, dan uang digunakan untuk menikahkan anak jadi pernah sampai gak punya uang sama sekali. Sisa Rp60.000 digunakan modal untuk berjualan kripik pangsit," katanya. 


Yanti (40) perlihatkan jualan UMKMnya dengan kemasan lebih baik setelah mendapatkan pelatihan dari Purnama Subang. (Foto: Yudy H Juanda)

Pertamina EP kemudian mengajak Yanti untuk bergabung dengan program Purnama Subang. Melalui program ini, Yanti dilatih untuk membuat kemasan yang baik dan meningkatkan kemampuan pemasarannya. Tidak hanya itu, Pertamina EP juga membantu merenovasi halaman rumah Yanti menjadi sebuah warung kecil dan tempat ngopi, tempat ia bisa menjajakan hasil jualannya. 

"Alhamdulillah itu orang Pertamina bantu dibikinin produknya atau apa di bantu pengemasan. Terus bangunin ini lantai, sama warung, kamar mandi terus alat-alat," jelasnya dengan rasa bahagia. 

Subang telah memberikan dampak positif bagi mantan pekerja migran seperti Supianto dan Yanti. Senior Manager Pertamina EP Subang Field, Ndirga Andri Sisworo, menyatakan bahwa tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup mantan PMI melalui pemberdayaan ekonomi dan sosial.

"Program Purnama Subang berupaya menciptakan dampak positif berupa peningkatan kualitas hidup kelompok purna Pekerja Migran Indonesia di Desa Compreng sehingga mampu berdaya secara sosial, ekonomi, dan memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat secara lebih luas," ungkapnya. 

Selain itu, Purnama Subang yang kini memiliki 63 anggota juga menyediakan jasa konsultasi gratis bagi masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri. Dengan pengalaman yang dimiliki para mantan PMI, calon pekerja migran dapat mengurangi risiko berbahaya saat bekerja di luar negeri.

"Masyarakat yang ingin bekerja ke luar negeri juga bisa berkonsultasi dengan mereka yang memiliki pengalaman secara gratis. Sehingga calon PMI ini dapat mengurangi resiko-resiko berbahaya saat di luar negeri sana," pungkasnya. 

Program Purnama Subang menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara perusahaan dan masyarakat dapat menciptakan solusi bagi permasalahan sosial. Dengan pemberdayaan ekonomi melalui inovasi lingkungan, mantan pekerja migran di Kabupaten Subang kini tidak hanya mampu mandiri, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan masyarakat secara lebih luas. 

Editor : Yudy Heryawan Juanda

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut