BANDUNG, iNews.id – Saat pintu kandang habituasi berukuran 40 meter persegi dibuka, Joan, owa Jawa betina, segera melangkah keluar tanpa ragu. Ia langsung menikmati kebebasannya dengan berayun di antara pepohonan, meninggalkan kandang yang telah menjadi rumahnya selama sekitar dua bulan terakhir. Sementara itu, Mowgli, owa Jawa jantan, masih bertahan di dalam rumah kayu di kandang tersebut, memastikan kondisi di luar aman setelah Joan terlebih dahulu melakukan "inspeksi" di Kawasan Hutan Lindung Malabar, Gunung Puntang, Bandung Selatan. Sabtu (10/08) menandai hari pertama keduanya kembali ke alam liar.
Joan dan Mowgli adalah sepasang owa Jawa berusia 7 tahun. Selain mereka, satu keluarga owa Jawa lainnya juga dilepasliarkan pada kesempatan yang sama. Kini, kedua keluarga owa Jawa tersebut akan memulai hidup bebas di habitat alami mereka di Gunung Puntang, setelah menjalani rehabilitasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Pelepasliaran ini, yang bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional, merupakan wujud komitmen konservasi dari Pertamina EP (PEP) Subang Field. Program ini adalah hasil kerja sama antara PEP Subang Field, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Yayasan Owa Jawa, yang telah berjalan sejak 2013. Ini merupakan pelepasliaran kesembilan kalinya, dengan total 42 ekor owa Jawa yang telah dikembalikan ke habitat aslinya. Kontribusi PEP Subang Field mencakup persiapan pengenalan habitat, pelepasliaran, pengamanan, hingga pemantauan kondisi owa Jawa untuk memastikan mereka dapat bertahan hidup di habitat alami.
Sebelumnya, lima ekor owa Jawa ini diselamatkan dari kegiatan eksploitasi oleh masyarakat. Mereka kemudian menjalani rehabilitasi dan masa habituasi selama sekitar delapan bulan. Selama di pusat rehabilitasi, kesehatan, kondisi fisik, dan perilaku mereka dipantau secara intensif untuk mengembalikan sifat-sifat liar owa Jawa, seperti kemampuan mencari makan sendiri, rasa takut terhadap manusia, kemampuan menghindari pemangsa, serta kemampuan berkembang biak.
Acara pelepasliaran ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dalam konservasi owa Jawa, antara lain Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Perum Kehutanan Negara, Yayasan Owa Jawa, serta pemerintah dan organisasi masyarakat lokal.
Senior Manager Pertamina EP Subang Field, Ndirga Andri Sisworo, menyatakan bahwa konservasi owa Jawa merupakan bagian dari program pelestarian keanekaragaman hayati yang diusung oleh Perusahaan. Program ini juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) poin 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan ekosistem darat secara berkelanjutan serta menghambat hilangnya keanekaragaman hayati.
“Harapan kami, owa Jawa yang sudah dilepasliarkan mampu meramaikan kembali hutan lindung Malabar, berketurunan dan membentuk populasi yang stabil, sehingga terhindar dari kepunahan," ujar Ndirga.
Populasi owa Jawa (Hylobates moloch) diperkirakan hanya tersisa sekitar 2.000-4.000 ekor di dunia, menjadikannya salah satu primata yang dilindungi. Owa Jawa termasuk dalam daftar merah IUCN dengan status terancam punah (endangered) dan juga tercantum dalam Apendiks I CITES. Saat ini, persebaran owa Jawa hanya terbatas di bagian barat Pulau Jawa, menjadikannya spesies owa paling langka di dunia.
Editor : Yudy Heryawan Juanda
Artikel Terkait