get app
inews
Aa Text
Read Next : Rayakan Bulan K3, Donor Darah Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Hasilkan 214 Kantong Darah

Istri Nelayan Subang Sukses Olah Ikan Tengkek, Raup Omzet Rp1 Miliar per Tahun

Rabu, 19 Februari 2025 | 16:21 WIB
header img
Eka Mustika dan abon ikan tengkek. Eka adalah anggota KUW (Kelompok UMKM Wanita) Greenthink yang pendiriannya diinisiasi oleh PHE ONWJ. (Foto: Istimewa)

SUBANG, iNewsSubang.id – Ikan tengkek yang dahulu dianggap limbah kini menjadi sumber keberkahan bagi para istri nelayan di Cilamaya Girang, Blanakan, Subang. Melalui inovasi dan kerja keras, mereka berhasil mengubah ikan yang kurang diminati pasar ini menjadi produk olahan bernilai tinggi, menghasilkan omzet hingga Rp1 miliar per tahun.

Eka Mustika, pemilik UMKM Mustika Food, mengisahkan bagaimana ikan tengkek dulunya tidak memiliki harga. "Dulu, ikan tengkek tidak ada harganya. Bahkan, dianggap limbah oleh nelayan. Kalau dapat tengkek di laut, dijual murah," ungkapnya. 

Eka merupakan salah satu dari 22 anggota Kelompok UMKM Wanita (KUW) Greenthink, yang dibina oleh Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Ikan tengkek kurang diminati karena tubuhnya yang penuh duri dan kulitnya yang keras. Harga jualnya pun jauh di bawah ikan lain seperti tenggiri, tongkol, kakap, dan bandeng. Namun, di tangan kreatif para istri nelayan, ikan ini kini disulap menjadi berbagai produk olahan seperti abon, dendeng, dan kerupuk.

Sebelum dikenal luas, ikan tengkek hanya dihargai Rp2.000-Rp3.000 per kilogram, bahkan pernah di bawah Rp5.000 per kilogram. Namun, seiring meningkatnya permintaan, harga ikan tengkek melonjak menjadi Rp17.000-Rp25.000 per kilogram. Eka membutuhkan sekitar 1,5-2 kuintal ikan tengkek per bulan untuk memenuhi permintaan dari berbagai daerah, termasuk Subang, Bandung, Jabodetabek, Bali, Jambi, hingga Singapura.

Kesuksesan Eka juga didukung oleh diversifikasi produk. Di bawah bimbingan PHE ONWJ, Mustika Food kini memproduksi berbagai camilan seperti kerupuk, cheese stick, dan ikan asin, dengan omzet mencapai Rp100 juta per bulan.

Eka memulai bisnisnya sejak 2016 dengan kondisi serba terbatas. Awalnya, produk abon tengkeknya hanya dikemas seadanya dan dipasarkan melalui warung-warung kecil. Selain itu, ia juga belum memahami sistem pencatatan keuangan dan manajemen stok.

Namun, pada 2017, ia bergabung dengan KUW Greenthink yang dibentuk oleh PHE ONWJ. Melalui program ini, Eka tidak hanya mendapatkan pelatihan bisnis, tetapi juga dibantu dalam pengurusan izin usaha dan sertifikasi produk. Kini, ia telah mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIB), Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), dan sertifikasi halal, yang semakin meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperluas pasar.

Keberhasilan ini juga membuka lapangan kerja bagi ibu-ibu rumah tangga di sekitar Eka. Ia kini mempekerjakan empat istri nelayan untuk mendukung produksi. Selain itu, ia aktif memasarkan produknya melalui marketplace.

Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ, R. Ery Ridwan, menyatakan bahwa program pembinaan ini bertujuan untuk mendukung kemandirian ekonomi masyarakat pesisir, khususnya perempuan. 

"Kami sangat bangga melihat bagaimana inovasi dan kerja keras mereka telah sukses mengubah tantangan menjadi peluang. Semoga keberhasilan ini dapat menginspirasi komunitas lain untuk melakukan hal serupa," ujarnya.

Dari ikan yang dulu tak berharga, kini tengkek menjadi simbol ketekunan dan inovasi para istri nelayan Subang dalam membangun ekonomi keluarga dan komunitas.

Editor : Yudy Heryawan Juanda

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut